ARTIKEL TENTANG BUDAYA SUKU DAYAK
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan artike...
https://anggisptra.blogspot.com/2017/10/artikel-tentang-budaya-suku-dayak.html
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya penulis
dapat menyelesaikan artikel ini melalui usaha yang telah dilakukan.
Dengan
penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
tiada hingganya kepada Bapak Daniel.s.f spd dan teman - teman yang telah
membantu dalam penyusunan karya ini.
Kami
juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas ini yang melalui percobaan belum
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran bersifat membangun dari semua pihak
sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Danau
Peradah, 9 OKTOBER 2017
ANGGI
SAPUTRA
LATAR
BELAKANG
Secara bahasa, Dayak sebetulnya bukanlah nama sebuah
suku. Yang disebut “Orang Dayak” dalam bahasa Kalimantan secara umum artinya
adalah “Orang Pedalaman” yang jauh dari kehidupan kota.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Sebelum abad 20, secara keseluruhan Suku Dayak belum
mengenal agama ‘samawi’, baik itu Islam maupun yang lainnya. Yang menjadi
kepercayaan mereka hanyalah kepada leluhur, binatang-binatang, batu-batuan,
serta isyarat alam yang mereka tafsirkan mirip seperti agama Hindu kuno.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Mereka mempunyai pantangan untuk berbaur dengan
kehidupan masyarakat dari suku lain. Sehingga mereka selalu hidup dengan
dihantui rasa ketidaktenangan yang membuat mereka selalu berpindah-pindah, dari
hutan satu ke hutan yang lainnya. Dari goa satu ke goa yang lainnya dan
seterusnya.
Diantara Suku Dayak yang paling ‘ekslusif’ bahkan bisa
dibilang sangat primitif adalah Suku Dayak Punan. Suku yang satu ini bahkan
sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum. Kebanyakan dari mereka tinggal di
hutan yang lebat atau di dalam goa. Sebetulnya, ini juga bukan murni
‘kesalahan’ mereka. Mereka hanya mengikuti pantangan dari ‘leluhur’ yang mereka
takut jika melanggar pantangan tersebut,akan terjadi sesuatu yang tidak di
inginkan.
Dalam satu cerita, konon leluhur mereka ini berasal
dari satu negeri yang bernama ‘Yunan’ di Cina. Mereaka berasal dari satu
keluarga kerajaan Cina yang kalah dalam peperangan dan pergi untuk mengamankan diri hingga
sampailah di pulau kalimantan.
Mereka pun merasa aman tinggal di Kalimantan. Walau
sudah begitu, mereka masih memliki trauma akibat kekalahan dalam peperangan
sehingga mereka takut bertemu dengan kelompok masyarakat manapun. Mereka
khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka
dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun
kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
SISTEM
SOSIAL
A. KEPERCAYAAN
Masyarakat
Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di
Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen,
Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum
Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:
- Sangiang nayu-nayu (roh baik);
- Taloh, kambe (roh jahat).
Dalam
syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir
emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
- upacara pembakaran mayat,
- upacara menyambut kelahiran anak, dan
- upacara penguburan mayat.
- Upacara pembakaran mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang disebut tambak.
.
KEKERABATAN
Sistem kekerabatan
masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal yaitu menghitung hubungan masyarakat
melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang ideal adalah
perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara sekandung (hajanen dalam
bahasa Ngaju). Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah
dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan adat istiadat.
Bahasa Suku Dayak
Awal mula bahasa Dayak dari bahasa
Austronesia yang masuk melalui bagian utara Kalimantan kemudian menyebar kea
rah timur hingga masuk ke pedalaman, serta pulau-pulau di Pasifik dan Selandia
Baru. Sampai saat ini, bahasa Dayak berkembang seiring beragam pengaruh.
Kedatangan bangsa-bangsa ini membawa pengaruh dan kebudayaan yang beragam.
Biasanya penduduk suatu wilayah dibedakan antara “pribumi sejati” yaitu orang
Dayak yang memiliki animism dan orang Melayu yang Muslim, serta penetap Cina
dan India yang datang kemudian. Ciri-ciri budaya, bahasa dan agama menyebar
tanpa mengindahkan asal suku dan melanggar batas kebudayaan serta bahasa yang
tadinya ada.
Beberapa sumber mengatakan bahwa
bahasa di Kalimantan termasuk dari rumpun bahasa Austronesia. Namun para ahli
membedakan bahasa yang di pakai di Sabah dan Filipina, bahasa Melayu dari
Sumatra dan Semenanjung Melayu. Selain pengaruh bahasa dari luar, bahasa dan
dialek juga dipengaruhi letak geografis yang ditumbuhi hutan hujan trofis. Pada
umumnya orang Dayak di Kalimantan Timur sudah dapat berbahasa Indonesia,
terutama kaum muda, karena mereka sudah cukup lama berinteraksi dengan
masyarakat lainnya dan juga mereka harus bisa berkomunikasi dengan suku Dayak
lainnya yang memiliki perbedaan bahasa. Bahasa perantara orang Dayak adalah
bahasa Ot Danum atau Dohoi. Sedangkan bahasa tertua adalah Sangen atau Sangiang
yang dipakai dalam upacara adat. Pada saat ini, hanya sedikit orang Dayak yang
mengetahui bahasa Sangiang ini.
Orang Dayak di Kalimantan, terutama
Kabupaten Kutai Kartanegara, memilki bahasa dan dialek masing-masing, seperti
Dayak Kenyah dan Dayak Kayan memiliki bahasa yang tidak jauh berbeda dan masih
lebih banyak persamaannya yang termasuk dalam rumpun Apau Kayan. Dayak Bahau
sendiri sebenarnya termasuk suku Kayan yang memiliki 2 dialek, Bahau Sa’ dan
Bahau Busang. Dayak Modang juga menggunakan bahasa Bahau. Dayak Benuaq dan
Dayak Ngaju memiliki bahasa yang sama yaitu bahasa otrang Ma’anyan. Dayak Punan
yang memiliki 24 sub suku Punan, masing-masing memiliki bahasa dan dialek
sendiri. Beberapa sub suku menggunakan bahasa Punan dan Busang, ada juga bahasa
Bekatan dan Lisum yang digunakan. Dayak Tunjung memiliki bahasa sendiri yaitu
bahasa Tunjung, ada 4 dialek yang mereka gunakan. Mereka juga menggunakan
bahasa Kutai, mereka juga mengerti bahasa Benuaq.
Adat Istiadat Suku Dayak
Meskipun sebagian Suku Dayak
sudah mau berbaur dengan masyarakat umum, namun yang menjadi satu ciri khas
mereka adalah mereka tetap berpegang teguh kepada adat istiadat dari nenek
moyang mereka terutama yang berhubungan dengan supranatural.
1. Upacara Tiwah
merupakan satu acara adat suku
Dayak. Tiwah adalah ritual yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang
yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat
semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal
dunia.
Bagi suku Dayak, Upacara Tiwah
adalah momen yang sangat sakral. Pada acara Tiwah ini, sebelum tulang-tulang
orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (Sandung),
banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain.
sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).
2. Tari Kancet Papatai
merupakan seni budaya dalam
bentuk tari-tarian perang. Tari ini bercerita tentang seorang pahlawan suku
Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh. Tarian ini juga menggambarkan
tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak Kenyah dalam berperang, mulai
perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria atau ajai yang sudah
berhasil mengenyahkan musuhnya.
Gerakan tarian ini sangat lincah,
gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan para penari.
Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik
sampe.
3. Dunia supranatural
Dunia supranatural bagi Suku
Dayak memang sudah sejak dulu menjadi ciri khas kebudayaan Dayak. Asal anda
tahu saja, karena kegiatan supranatural ini pula orang luar negeri sana
menyebut Dayak sebagai pemakan manusia (kanibal) . Tetapi walaupun begitu suku
Dayak bukanlah seperti itu, sebenarnya suku Dayak cinta damai asal mereka tidak
di ganggu dan ditindas semena-mena.
4. Manajah Antang
Kekuatan supranatural Dayak
Kalimantan banyak jenisnya. Contohnya, Manajah Antang. Manajah Antang merupakan
satu cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh
yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang,
dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.
5. Mangkok Merah
Mangkok merah merupakan media
persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan
mereka dalam bahaya besar. Panglima perang atau biasa disebut pangkalima oleh
masyarakat Dayak, biasanya akan mengeluarkan isyarat siaga berupa mangkok merah
yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan
sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa pangkalima Dayak itu. Orangnya
biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar
biasa.
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya penulis
dapat menyelesaikan artikel ini melalui usaha yang telah dilakukan.
Dengan
penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
tiada hingganya kepada Bapak Daniel.s.f spd dan teman - teman yang telah
membantu dalam penyusunan karya ini.
Kami
juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas ini yang melalui percobaan belum
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran bersifat membangun dari semua pihak
sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Danau
Peradah, 9 OKTOBER 2017
ANGGI
SAPUTRA
LATAR
BELAKANG
Secara bahasa, Dayak sebetulnya bukanlah nama sebuah
suku. Yang disebut “Orang Dayak” dalam bahasa Kalimantan secara umum artinya
adalah “Orang Pedalaman” yang jauh dari kehidupan kota.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Sebelum abad 20, secara keseluruhan Suku Dayak belum
mengenal agama ‘samawi’, baik itu Islam maupun yang lainnya. Yang menjadi
kepercayaan mereka hanyalah kepada leluhur, binatang-binatang, batu-batuan,
serta isyarat alam yang mereka tafsirkan mirip seperti agama Hindu kuno.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Mereka mempunyai pantangan untuk berbaur dengan
kehidupan masyarakat dari suku lain. Sehingga mereka selalu hidup dengan
dihantui rasa ketidaktenangan yang membuat mereka selalu berpindah-pindah, dari
hutan satu ke hutan yang lainnya. Dari goa satu ke goa yang lainnya dan
seterusnya.
Diantara Suku Dayak yang paling ‘ekslusif’ bahkan bisa
dibilang sangat primitif adalah Suku Dayak Punan. Suku yang satu ini bahkan
sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum. Kebanyakan dari mereka tinggal di
hutan yang lebat atau di dalam goa. Sebetulnya, ini juga bukan murni
‘kesalahan’ mereka. Mereka hanya mengikuti pantangan dari ‘leluhur’ yang mereka
takut jika melanggar pantangan tersebut,akan terjadi sesuatu yang tidak di
inginkan.
Dalam satu cerita, konon leluhur mereka ini berasal
dari satu negeri yang bernama ‘Yunan’ di Cina. Mereaka berasal dari satu
keluarga kerajaan Cina yang kalah dalam peperangan dan pergi untuk mengamankan diri hingga
sampailah di pulau kalimantan.
Mereka pun merasa aman tinggal di Kalimantan. Walau
sudah begitu, mereka masih memliki trauma akibat kekalahan dalam peperangan
sehingga mereka takut bertemu dengan kelompok masyarakat manapun. Mereka
khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka
dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun
kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
SISTEM
SOSIAL
A. KEPERCAYAAN
Masyarakat
Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di
Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen,
Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum
Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:
- Sangiang nayu-nayu (roh baik);
- Taloh, kambe (roh jahat).
Dalam
syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir
emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
- upacara pembakaran mayat,
- upacara menyambut kelahiran anak, dan
- upacara penguburan mayat.
- Upacara pembakaran mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang disebut tambak.
B.
KEKERABATAN
Sistem kekerabatan
masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal yaitu menghitung hubungan masyarakat
melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang ideal adalah
perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara sekandung (hajanen dalam
bahasa Ngaju). Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah
dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan adat istiadat.
Bahasa Suku Dayak
Awal mula bahasa Dayak dari bahasa
Austronesia yang masuk melalui bagian utara Kalimantan kemudian menyebar kea
rah timur hingga masuk ke pedalaman, serta pulau-pulau di Pasifik dan Selandia
Baru. Sampai saat ini, bahasa Dayak berkembang seiring beragam pengaruh.
Kedatangan bangsa-bangsa ini membawa pengaruh dan kebudayaan yang beragam.
Biasanya penduduk suatu wilayah dibedakan antara “pribumi sejati” yaitu orang
Dayak yang memiliki animism dan orang Melayu yang Muslim, serta penetap Cina
dan India yang datang kemudian. Ciri-ciri budaya, bahasa dan agama menyebar
tanpa mengindahkan asal suku dan melanggar batas kebudayaan serta bahasa yang
tadinya ada.
Beberapa sumber mengatakan bahwa
bahasa di Kalimantan termasuk dari rumpun bahasa Austronesia. Namun para ahli
membedakan bahasa yang di pakai di Sabah dan Filipina, bahasa Melayu dari
Sumatra dan Semenanjung Melayu. Selain pengaruh bahasa dari luar, bahasa dan
dialek juga dipengaruhi letak geografis yang ditumbuhi hutan hujan trofis. Pada
umumnya orang Dayak di Kalimantan Timur sudah dapat berbahasa Indonesia,
terutama kaum muda, karena mereka sudah cukup lama berinteraksi dengan
masyarakat lainnya dan juga mereka harus bisa berkomunikasi dengan suku Dayak
lainnya yang memiliki perbedaan bahasa. Bahasa perantara orang Dayak adalah
bahasa Ot Danum atau Dohoi. Sedangkan bahasa tertua adalah Sangen atau Sangiang
yang dipakai dalam upacara adat. Pada saat ini, hanya sedikit orang Dayak yang
mengetahui bahasa Sangiang ini.
Orang Dayak di Kalimantan, terutama
Kabupaten Kutai Kartanegara, memilki bahasa dan dialek masing-masing, seperti
Dayak Kenyah dan Dayak Kayan memiliki bahasa yang tidak jauh berbeda dan masih
lebih banyak persamaannya yang termasuk dalam rumpun Apau Kayan. Dayak Bahau
sendiri sebenarnya termasuk suku Kayan yang memiliki 2 dialek, Bahau Sa’ dan
Bahau Busang. Dayak Modang juga menggunakan bahasa Bahau. Dayak Benuaq dan
Dayak Ngaju memiliki bahasa yang sama yaitu bahasa otrang Ma’anyan. Dayak Punan
yang memiliki 24 sub suku Punan, masing-masing memiliki bahasa dan dialek
sendiri. Beberapa sub suku menggunakan bahasa Punan dan Busang, ada juga bahasa
Bekatan dan Lisum yang digunakan. Dayak Tunjung memiliki bahasa sendiri yaitu
bahasa Tunjung, ada 4 dialek yang mereka gunakan. Mereka juga menggunakan
bahasa Kutai, mereka juga mengerti bahasa Benuaq.
Adat Istiadat Suku Dayak
Meskipun sebagian Suku Dayak
sudah mau berbaur dengan masyarakat umum, namun yang menjadi satu ciri khas
mereka adalah mereka tetap berpegang teguh kepada adat istiadat dari nenek
moyang mereka terutama yang berhubungan dengan supranatural.
1. Upacara Tiwah
merupakan satu acara adat suku
Dayak. Tiwah adalah ritual yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang
yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat
semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal
dunia.
Bagi suku Dayak, Upacara Tiwah
adalah momen yang sangat sakral. Pada acara Tiwah ini, sebelum tulang-tulang
orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (Sandung),
banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain.
sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).
2. Tari Kancet Papatai
merupakan seni budaya dalam
bentuk tari-tarian perang. Tari ini bercerita tentang seorang pahlawan suku
Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh. Tarian ini juga menggambarkan
tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak Kenyah dalam berperang, mulai
perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria atau ajai yang sudah
berhasil mengenyahkan musuhnya.
Gerakan tarian ini sangat lincah,
gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan para penari.
Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik
sampe.
3. Dunia supranatural
Dunia supranatural bagi Suku
Dayak memang sudah sejak dulu menjadi ciri khas kebudayaan Dayak. Asal anda
tahu saja, karena kegiatan supranatural ini pula orang luar negeri sana
menyebut Dayak sebagai pemakan manusia (kanibal) . Tetapi walaupun begitu suku
Dayak bukanlah seperti itu, sebenarnya suku Dayak cinta damai asal mereka tidak
di ganggu dan ditindas semena-mena.
4. Manajah Antang
Kekuatan supranatural Dayak
Kalimantan banyak jenisnya. Contohnya, Manajah Antang. Manajah Antang merupakan
satu cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh
yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang,
dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.
5. Mangkok Merah
Mangkok merah merupakan media
persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan
mereka dalam bahaya besar. Panglima perang atau biasa disebut pangkalima oleh
masyarakat Dayak, biasanya akan mengeluarkan isyarat siaga berupa mangkok merah
yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan
sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa pangkalima Dayak itu. Orangnya
biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar
biasa.
SEKIAN ARTIKEL DARI SAYA SEMOGA BERMANFAAT YA